Pertemuan Minggu ke 5 dan ke 6
Strukstur produksi, Pendapatan nasional, Distribusi pendapatan Nasional & Kemiskinan.
1.
STRUKTUR PRODUKSI
Pendapatan per kapita adalah besarnya
pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan
dari hasil pembagian pendapatan nasional
suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga
merefleksikan PDB
per kapita.
Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai
tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin
besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut.
2. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah
jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di
suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun.
Konsep pendapatan nasional pertama kali
dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir
pendapatan nasional Inggris pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia
menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya
hidup (konsumsi) selama setahun.
Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh
para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi
bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional.
Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur
kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product,
GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh
negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar.
Konsep Pendapatan Nasional
·
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product)
merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang
bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor.
·
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau
PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk
suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak
termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara
tersebut.
GNP = GDP – Produk netto terhadap
luar negeri
·
Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP
dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut
replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan
produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga
mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif
kecil.
NNP = GNP – Penyusutan
·
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah
pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari
NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah
pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan,
pajak hadiah, dll.
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
·
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah
jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan
perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer
payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun
lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk
mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak
laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba
yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk
beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran
pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi
bekerja).
PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran
asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan )
·
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable
Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang
dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi
investasi. Disposable incomeini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct
tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain,
artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
DI = PI –
Pajak langsung
Tujuan mempelajari
pendapatan nasional
1.
Untuk
mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara
2.
Untuk
memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat dalam satu tahun
3.
Untuk
membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang berjangka.
Manfaat mempelajari pendapatan nasional
1.
Mengetahui tentang
struktur perekonomian suatu Negara
2.
Dapat
membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar
propinsi
3.
Dapat
membandingkan keadaan perekonomian antar Negara
4.
Dapat
membantu merumuskan kebijakan pemerintah.
Perhitungan Pendapatan Nasional
a.
Metode
Produksi
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh
nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat
dalam periode tertentu
Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X
Pn) ……]
b.
Metode
Pendapatan
Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari
seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang
diterima oleh pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode.
Y = r + w + i + p
c.
Metode
Pengeluaran
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh
pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT
Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun.
Y = C + I + G + (X – M)
·
Pendapatan Nasional perkapita
Pendapatan nasional perkapita biasanya digunakan sebagai
salah satu indikator akhir dalam melihat kemajuan pertumbuhan perekonomian
suatu negara. Pendapatan perkapita ini diperoleh dengan membagi pendapatan
nasional.
3. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di
Indonesia
Masalah besar yang dihadapi negara
sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan
tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya
ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan.
Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperparah
keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negatif terhadap
kondisi sosial dan politik.
Masalah kesenjangan pendapatan dan
kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara
maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada
proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang
terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan,
semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya.
Negara maju menunjukkan tingkat
kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil dibanding
negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat
GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya
menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi
dunia internasional.
Berbagai upaya yang telah dan sedang
dilakukan oleh dunia internasional, baik berupa bantuan maupun pinjaman pada
dasarnya merupakan upaya sistematis untuk memperkecil kesenjangan pendapatan
dan tingkat kemiskinan yang terjadi di negara-negara miskin dan sedang
berkembang. Beberapa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta
lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya berperan dalam hal ini.
Kesalahan pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan/ atau pinjaman
tersebut, justru dapat berdampak buruk bagi struktur sosial dan perekonomian
negara bersangkutan.
Perbedaan pendapatan timbul karena
adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama
kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat) yang
memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang
lebih banyak pula. Menurut teori neoklasik, perbedaan pendapatan dapat
dikurangi melalui proses penyesuaian otomatis, yaitu melalui proses “penetasan”
hasil pembangunan ke bawah (trickle down) dan kemudian menyebar sehingga
menimbulkan keseimbangan baru. Apabila proses otomatis tersebut masih belum
mampu menurunkan tingkat perbedaan pendapatan yang sangat timpang, maka dapat
dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi.
Penetapan pajak
pendapatan/penghasilan akan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya
tinggi. Sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah,
asalkan tidak salah sasaran dalam pengalokasiannya. Pajak yang telah dipungut
apalagi menggunakan sistem tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin
tinggi prosentase tarifnya), oleh pemerintah digunakan untuk membiayai roda
pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi proses
redistribusi pendapatan yang akan mengurangi terjadinya ketimpangan.
Tingginya Produk Domestik Bruto
(PDB) suatu negara belum tentu mencerminkan meratanya terhadap distribusi
pendapatan. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu
merata, bahkan kecendrungan yang terjadi justru sebaliknya. Distribusi
pendapatan yang tidak merata akan mengakibatkan terjadinya disparitas. Semakin
besar perbedaan pembagian “kue” pembangunan, semakin besar pula disparitas
distribusi pendapatan yang terjadi. Indonesia yang tergolong dalam negara yang
sedang berkembang tidak terlepas dari permasalahan ini.
v
Analisis Distribusi Pendapatan
a)
Distribusi
Ukuran (personal distribution of income)
Distribusi
pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau distribusi
ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator yang paling
sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah
penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga.
Yang diperhatikan di sini adalah
seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana
sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah
ataupun warisan.
Lokasi sumber penghasilan (desa atau
kota) maupun sektor atau bidang kegiatan yang menjadi sumber penghasilan
(pertanian, industri, perdagangan, dan jasa) juga diabaikan.
b)
Kurva Lorenz
Sumbu horisontal menyatakan jumlah
penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita
mendapati populasi atau kelompok terendah (penduduk yang paling miskin) yang
jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat
60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu yang paling
ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah penduduk.
Sumbu vertikal menyatakan bagian
dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah
(kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100
persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama panjangnya.
Setiap titik yang terdapat pada
garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase penduduk
yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai
contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang
tepat didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.
Titik yang terletak pada posisi tiga
perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang
didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah penduduk.
Garis diagonal merupakan garis
"pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam distribusi ukuran
pendapatan.
c) Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan
Pengukuran tingkat ketimpangan atau
ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat sederhana pada suatu negara
dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal
dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu
berada.
d)
Koefisien
Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
Pengukuran
tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat
sederhana pada suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang
terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh
bidang di mana kurva Lorenz itu berada.
Koefisien Gini adalah ukuran
ketidakmerataan atau ketimpangan (pendapatan/ kesejahteraan) agregat (secara
keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga
satu (ketimpangan yang sempurna).
Angka ketimpangan untuk
negara-negara yang ketimpangan pendapatan di kalangan penduduknya dikenal tajam
berkisar antara 0,50 hingga 0,70.
Untuk negara-negara yang distribusi
pendapatannya dikenal relatif paling baik (paling merata), berkisar antara 0,20
sampai 0,35.
Pertumbuhan
dan Pemerataan dalam Konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia Selama Ini Simon Kuznets (1955) membuat
hipotesis adanya kurva U terbalik (inverted U curve) bahwa mula-mula ketika
pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun
setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan
makin merata.
v Kemiskinan
·
Menurut Sallatang
(1986) kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan
kekayaan materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi,
psikologi dan sosial.
·
Menurut Esmara (1986) mengartikan
kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk
mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan
dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
·
Menurut
Basri (1995) bahwa kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan
dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan, seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan, dan lain sebagainya.
·
Menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan
didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun
di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.
·
Poli (1993)
menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan ketidakterjaminan pendapatan,
kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset
produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan
ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya
dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya
infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.
·
Bappenas
dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan
masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah
kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan
untuk menjadi miskin
SPECKER (1993) mengatakan bahwa
kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :
1. kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal
2. gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
3. risiko keamanan dan kerawanan kehidupan
sosial ekonomi dan lingkungannya,
4. kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa
hidup layak, dan
5. kekurangan dalam kehidupan sosial
yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses
politik, dan kualitas pendidik yang rendah.
Masalah kemiskinan juga menyangkut
tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu
didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi
dan politik.
Ukuran Kemiskinan
1. Kemiskinan Absolut
Konsep
kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan
tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need
).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan
dasar.
b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan
yang lebih tinggi.
2. Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin
besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar
jumlah penduduk yang selalu miskin. Faktor-faktor Penyebab kemiskinan :
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu
sebagai berikut :
·
Tingkat
kemiskinan cukup banyak.
·
Mulai dari
tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja ).
·
Tingkat
inflasi.
·
Tinggat Infestasi.
·
Alokasi
serta kualitas sumber daya alam.
·
Tingkat dan
jenis pendidikan.
·
Etos kerja
dan motivasi pekerja.
Strategi
Dalam Mengurangi kemiskinan
·
Pembangunan
Sektor Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan
penting di dalam pembangunan karena sector tersebut memberikan kontribusi yang
sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan berarti akan mengurangi
jumlah masyarakat miskin.
·
Pembangunan
Sumber Daya manusia
Sumberdaya manusia merupakan
investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum,
maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan
langka yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.
·
Peranan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Mengingat LSM memiliki fleksibilitas
yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami komunitas masyarakat
dalam menerapkan rancangan dan program pengentasan kemiskinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar